Yuuk, Dukung Pakpak Bharat Kuasai Pasar Gambir

Print

SHNet, PAKPAK BHARAT – Rabu siang, 18 April 2018 di Bukit Sindeka, Kompleks Perkantoran Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Pakpak Bharat, Sumetera Utara (Sumut). Suara Iwan Taruna Berutu, Kepala Bagian Pembangunan, Perekonomian dan Kesra (Bangekos) Sekretariat Daerah Kabupaten Pakpak Bharat agak meninggi. Gambir, tanaman produk andalan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat belum bisa memberi keuntungan yang maksimal bagi petani yang mengusahakannya.

“Masyarakat bisa tanam gambir dengan sangat mudah sekali. Hasilnya juga bagus, tapi harganya tidak pernah bagus-bagus. Masyarakat tidak mendapat keuntungan yang maksimal dari gambir. Ini masalah buat kami!” tegasnya. Tidak banyak orang mengenal (daun) gambir, berikut manfaat dan berbagai macam kegunaannya. Atau bisa saja pernah melihat daun gambir, tapi tidak mengetahui kalau itu adalah daun gambir yang mengandung banyak khasiat positif.

Gambir adalah tumbuhan perdu yang tumbuh merambat seperti daun teh, dengan ranting-ranting bercabang memanjang dan berduri kecil. Ukuran daunnya oval dan runcing di bagian ujung, lebih besar dari daun teh. Warnanya perpaduan hijau dan merah. Daun yang menua akan berwarna merah-pink, sementara yang maih muda berwarna hijau. Ia bermahkota bunga warna pink dengan tampilan indah dan menawan untuk menghiasi biji-bijinya yang berukuran kecil bersih kemilau.

Di Pakpak Bharat cukup banyak warga menanam tanaman ini. Bisa tanam dengan stek (batang) atau menabur bijinya. Tumbuh dengan subur sekalipun tanpa diberi pupuk di lereng-lereng bukit kecil. Memiliki nilai ekonomis. Namun, seperti penegasan Iwan: hasilnya tidak pernah maksimal dirasakan petani.

Kepada Kelompok Nduma Pakpak dari Executive Program for Sustainabbe Partnership (EPSP) Batch VII Universitas Paramadina, saat sharing di Ruang Gambir, Sekretariat Pemda Pakpak Bharat, Iwan menuturkan sudah banyaknya penelitian oleh sejumlah lembaga terhadap manfaat dan khasiat daun gambir Pakpak Bharat. Di antaranya penelitian oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan Universitas Sumatera Utara (USU) serta sejumlah perguruan tinggi di Pulau Jawa. Hanya saja hasil dari penelitian dan berbagai MoU dengan sejumlah pihak berujung tanpa kejelasan. Hanya tumpukan-tumpukan kertas!

Kelompok Nduma Pakpak terdiri dari Peppy Fahrial (Medco Foundation), Inno Jemabut (Sinar Harapan Net), Rinda Liem (Project Semesta), Cynthia Rosaline (PT Medco) dan Deli Mariaty Banurea (Pemda Pakpak Bharat). Dalam kesempatan itu, Iwan menjelaskan, daun ini punya banyak manfaat untuk kekebalan dan kesehatan tubuh manusia. Di kalangan masyarakat Pakpak Bharat, sakit perut kembung, kepala pusing, demam, batuk, pilek, mengusir nyamuk, dan lain-lain, cukup diatasi dengan mengkonsumsi gambir.

Pemda Pakpak Bharat melansir bahwa gambir sejenis getah yang dikeringkan dan berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting adalah bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. India mengimpor 68 persen gambir dari Indonesia, dan menggunakannya sebagai bahan campuran menyirih.

Iwan mengklaim gambir yang dihasilkan oleh masyarakat Pakpak Bharat adalah yang terbaik di Indonesia dan bahkan dunia. Klaim itu tidak saja karena khasiat yang sudah teruji digunakan dari era nenek moyang masyarakat Pakpak Bharat dan tumbuh di areal agak tinggi dari permukaan laut (200-1200m), tetapi lebih karena di pasaran banyak yang mencarinya.

Dikuasai Pedagang India

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat, Sunardi SP, menjelaskan, saat ini harga gambir Rp 42.000/kg dibeli oleh pengepul. Ia membayangkan betapa tingginya harga gambir ketika sampai di luar negeri. “Tapi, kesulitan pertama kita, tidak semua petani mau memanfaatkan lahannya untuk tanam gambir,” keluhnya. Rerata petani di Pakpak Bharat memiliki lahan untuk tanam gambir 0,7 hektar. Bisa dipanen setelah berusia setidaknya empat bulan. Dalam setahun gambir bisa dipanen hingga empat kali.

Dengan kondisi itu, kata Sunardi, gambir bisa memberi pemasukan sebesar Rp 4 juta/bulan bagi petani. Kalau lahan sebanyak dua hektar ditanam gambir? Rp 10 juta sebulan! Hanya saja pada saat tertentu harga gambir bisa melorot tajam. Bahkan dibawah Rp 20.000/kg. Mengapa demikian? Tidak ada yang tahu!

“Kita terus berupaya agar bisa dapat hasil maksimal. Persoalan sekarang adalah pengolahan pasca panen yang kita belum bisa berbuat banyak. Kita hanya bisa bikin teh dan tinta untuk keperluan pemilu. Yang lainnya, yaa dibawa pengepul ke kabupaten tetangga (Kabupaten Dairi-red) untuk ekspor,” kata Sunardi SP. Dampaknya, Kabupaten Dairi lebih dikenal sebagai penghasil gambir sekalipun tidak memiliki lahan dan petani penghasil gambir.

Dalam sehari, katanya, ada sekitar 7-8 ton gambir dari Pakpak yang dibawa pengempul ke Sidikalang, Ibukota Kabupaten Dairi. “Inilah kesulitan utama kami. Kami tidak bisa tingkatkan produksi gambir karena tidak bisa menguasai pasar. Pasarnya dikuasai orang lain. Kami tidak bisa olah sehingga dari turunannya kami dapat untung,” kata Sunardi SP.

Personil PT Pakpak Agro Lestari (PAL), BUMD milik Pemda Pakpak, pernah menyamar untuk menelusuri jaringan pembeli gambir dari Sidikalang, hingga Kota Medan. Tujuannya, untuk mengajak kerja sama dan mendapat posisi tawar harga yang tepat. Namun, tidak berhasil. Tim penyamar hanya sampai di ujung cerita bahwa pembeli adalah pedagang dari India. Tidak bisa mengetahui nama dan rupa pedagang India yang dimaksud.

“Kami juga sudah minta bantuan dari Kementerian Perdagangan, tapi tak mendapat respons yang diharapkan. Kita ingin sekali difasilitasi agar kita bisa temukan pasar yang tepat,” ujar Iwan.

Teh Gambir Pakpak Bharat

Kepala Bapeda Kabupaten Pakpak Bharat, Sahat Banurea, mengungkapkan gambir yang adalah hasil hutan bukan kayu, setidaknya memiliki 17 produk turunan. Pakpak Bharat sendiri memiliki luas 1.218km2, di mana 80 persen di antaranya adalah kawasan hutan lindung. Kurang dari 20 persen sisanya yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Hal ini bisa jadi kesulitan sendiri jika gambir diusahakan menjadi perkebunan.

“Yang tidak sampai 20 persen itu untuk bangun rumah, sekolah, jalan dan sebagainya,” kata Sahat. Bahkan saat ini ada sekolah, kantor desa, kantor kecamatan dan sejumlah fasilitas pemerintah yang berdiri di kawasan hutan. Namun, ia yakin gambir yang ditanam di kebun warga saja bisa menguntungkan kalau pasar gambir bisa dikuasai.

Tinta gambir ramah lingkungan dan lebih murah. Khasiat gambir teruji. Teh gambir bukan teh biasa tapi obat yang manjur, terutama untuk kaum perempuan. Sahat Banurea yakin, pengembangan gambir hanya soal waktu. Ia mengutip pernyataan Bupati Pakpak Bharat, Remigo Yolanda Berutu, bahwa daerahnya itu sedang mencari titik nol dari sebelumnya berada di titik minus. Ketika situasi berada di titik itu, titik di mana Pakpak Bharat lepas landas sebagai kabupaten hasil pemekaran tahun 2003, akan mudah kembangkan berbagi potensi yang ada. Yuuk, mari kita dukung! (Inno Jemabut)

sumbe:

http://sinarharapan.net/2018/05/yuuk-dukung-pakpak-bharat-kuasai-pasar-gambir/

Joomla SEF URLs by Artio