The Green Hilton Memorial Agreement: Polemik yang Tak Kunjung Usai

 

Reporter: Ach. Fadil

Soekarno, sebagai founding father dan sekaligus presiden pertama Negara Republik Indonesia, sepertinya tak pernah habis dibicarakan. Mulai dari sosoknya yang karismatik; pemikir progresif; negarawan handal; dan kepandaiannya mengelola hubungan bilateral maupun multilateral dengan negara lain, menjadikannya sebagai sosok yang disegani dan sekaligus disenangi oleh berbagai pihak, khususnya para pemimpin negara yang bekerja sama dengannya, salah satunya adalah mantan presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy.

Kedekatan Soekarno dengan Kennedy, menjadi bukti kepiawaiannya dalam menjaga hubungan bilateral dengan negara lain. Bahkan, mereka berdua disebut-sebut pernah melakukan perjanjian yang ditandatangani oleh mereka berdua dan disaksikan oleh negarawan Swiss, William Vouker, apa yang kemudian disebut dengan The Green Hilton Memorial Agreement yang sampai saat ini masih menjadi misteri.

Singkat cerita, dalam perjanjian tersebut, presiden Soekarno menuntut Kennedy untuk mengakui bahwa kekayaan yang dimiliki Amerika berupa emas sebanyak 57.000 metrik ton emas berasal dari Indonesia. Artinya, Amerika mempunyai hutang ke negara kita sebanyak itu. Data ini bisa didapatkan dari buku Harta Amanah Soekarno yang merupakan karya jurnalistik-investigatif dari Safari ANS berdasarkan hasil risetnya selama kurang lebih 10 tahun, yang pada hari Rabu (07/05/14) dibedah di Auditorium Nurchalis Madjid, Universitas Paramadina, Jakarta Selatan.

Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan penulis yang ada di blognya: safari2009.wordpress.com, dan juga memuat berbagai komentar-komentar pembaca yang mengunjunginya. Buku yang sangat tebal itu menuai kritik dari berbagai pihak. Pasalnya, menurut beberapa pembicara yang hadir pada waktu itu, data-data yang diungkap dalam buku tersebut kurang meyakinkan dan perlu dipertanyakan. Salah satunya datang dari peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Asvi Warman Adam. “Bahwa ada pertemuan (antara Soekarno dan Kennedy), memang ada. Tapi apakah ada perjanjian dan penandatanganan?” tanyanya.

Tidak meyakinkannya data yang diungkap datang dari peserta yang hadir pada waktu itu, Syahar Banu (Mahasiswi Falsafah dan Agama). “Penulis bisa dibilang tidak punya pisau analisa terhadap komentar-komentar pembaca blog yang dimuat di dalam buku tersebut, semuanya asal tempel” ungkapnya. Selain itu, Banu juga mengkritik kesalahan-kesalahan penulisan pada buku yang dibilang karya jurnalistik-investigatif tersebut. Menurutnya, penulisan anonim yang terdapat di dalam buku tersebut tidak memenuhi kriteria yang lazim dipakai dalam dunia jurnalistik yang biasanya merujuk pada buku The Rise of Anonymous Sourcing karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel.

About us

Universitas Paramadina berdiri pada 10 Januari 1998, mengemban misi untuk membina ilmu pengetahuan rekayasa dengan kesadaran akhlak mulia demi kebahagiaan bersama seluruh umat manusia.

Latest Posts

Hubungi Kami

Kampus Jakarta
Universitas Paramadina
Jl. Gatot Subroto Kav. 97
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
T. +62-21-7918-1188
T. 0815-918-1190

E-mail: info@paramadina.ac.id
http://www.paramadina.ac.id 

Kampus Cipayung
Jl. Raya Mabes Hankam Kav 9, 
Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880�
T. 0815-818-1186


Kampus Cikarang

District 2, Meikarta,
Cikarang
T. 0815-918-1192�