The Second Pre-Conference Seminar

The International Conference on Thoughts on Human Sciences in Islam (IC-THuSI)

Kamis, 19 Juni 2014 (13.00 – 15.30)

Auditorium Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina

 

“ISLAM INDONESIA DAN KEBUDAYAAN”

 

Dewasa ini, dunia Islam praktis merupakan kawasan bumi yang paling terbelakang di antara penganut agama-agama besar. Negeri-negeri Islam jauh tertinggal oleh Eropa Utara, Amerika Utara, Australia dan Selandia Baru yang Protestan; oleh Eropa Selatan dan Amerika Selatan yang Katolik Romawi; oleh Eropa Timur yang Katolik Ortodoks; oleh Israel yang Yahudi; oleh India yang Hindu; oleh Cina “giant dragon”, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong dan Singapura “little dragons” yang Budhis-Konfusianis; oleh Jepang yang Budhis Taois; dan oleh Thailand yang Budhis. Praktis tidak satupun agama besar di muka bumi ini yang lebih rendah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek)-nya daripada Islam. Dengan perkataan lain, di antara semua penganut agama besar di muka bumi ini, para pemeluk Islam adalah yang paling rendah dan lemah dalam hal sains dan teknologi. Imbas dari keterpurukan tersebut di dunia Islam adalah hilangnya semangat keilmuwan yang tinggi di berbagai kawasan Islam, hilangnya budaya kritis dalam menerima budaya-budaya lainnya, serta terjadinya kebingungan orientasi para ilmuwan Islam dalam mengarahkan visi keilmuwannya.

Sebetulnya keadaan yang memilukan itu tidak perlu terjadi, kalau saja umat Islam, seperti diharapkan oleh para pembaru pada peralihan abad yang lalu, khususnya al-Afghani dan ‘Abduh, mampu menangkap kembali ajaran agamanya yang lebih dinamis, sekaligus lebih otentik atau, dalam bahasa Bung Karno, mampu menangkap “api Islam”, dan meninggalkan abunya, sebagaimana dicerminkan dalam sejarah klasiknya yang gemilang selama berabad-abad. Itulah alasan dari diselenggarakannya seminar kebudayan Islam ini, yakni untuk menangkap “api Islam” dalam kebudayaan Indonesia, khususnya dan kebudayaan dunia pada umumnya. Upaya merintis lahirnya perkawinan kembali ilmu-ilmu humaniora dengan ilmu-ilmu sosial patut dicarikan titik temunya dalam konteks kebudayaan. Seminar kebudayaan Islam yang diselenggarakan oleh Universitas Paramadina, LP3ES dan Sadra International Institute sebagai rangkaian seminar pra-konferensi IC-THuSI ini dibuka oleh Totok A.Soefijanto, Ed.D, Pelaksana Harian Rektor Universitas Paramadina. Dalam sambutanya, Totok menyampaikan bahwa Universitas Paramadina merasa bersyukur sudah ikut menjadi bagian dari sebuah gerakan kebudayaan dalam rangka mendukung pelaksanaan International Conference on Thoughts on Human Sciences in Islam (IC-THuSI) yang akan diselenggarakan di November 2014 nanti. Ia menambahkan bahwa tema kebudayaan diambil Paramadina menjadi tema seminar pra-konferensi karena sangat sesuai dengan spirit Paramadina sendiri yang sejak awal pendiriannya banyak fokus dalam kajian kebudayaan Islam. Hal itu tercermin juga dari nama-nama ruangan yang ada di Paramadina seperti Isfahan, Sevilla, Toledo, Granada, Andalusia dan lain sebagainya yang semuanya merupakan nama-nama pusat peradaban Islam klasik. Prof. Dr. Seyyed Mofid Hosseini Koushari memberikan kata sambutan kedua dengan membawakan tema “Terobosan dan Pengalaman Budaya Republik Islam Iran”. Dalam uraiannya, Prof Mofid menjelaskan bahwa Iran sudah memiliki kebijakan yang jelas dan inhern dengan berbagai kebijakan lainya. Iran sudah memiliki garis-garis besar haluan kebudayaan Iran yang mempersiapkan hal-hal berikut, yaitu: (1). Peta konstruk budaya negara, (2) Peta global ilmu pengetahuan negara, (3) Edaran pengembangan budaya al-qurani (4) Kebijakan makro dalam hal perumahan dan perkotaan dan (5) Dokumen pengembangan budaya terhormat (6) Dokumen pengembangan budaya sholat (7) Dokumen makro kesehatan fisik dan sepiritual (8) Dokumen makro kemasarakatan (9) Dokumen strategis negara dalam urusan para generasi berprestasi dan (10) Dokumen lengkap keamanan pembuatan informasi dan hubungan media. Di samping itu, Republik Islam Iran juga membuat beberapa lembaga negara untuk mendukung gerakan kebudayaan Islam di sana, seperti (1) Dewan tinggi revolusi Budaya (2) Dewan tinggi komunikasi (3) Dewan tinggi informatika dan dunia virtual (4) Dewan tinggi pengembangan budaya al-quran (5) Dewan tinggi kebudayaan umum (6) Dewan tinggi media dan (7) Dewan tinggi perempuan dan keluarga. Beberapa terobosan khusus yang dilaksanakan pemerintahan Iran yaitu, (1) Kewajiban untuk melampirkan aspek kebudayaan pada semua program makro negara sesuai dengan konstitusi yang telah direkomendasikan oleh parlemen. (2) Membuat indeks kebudayaan Republik Islam Iran dan (3) Membuat motto dan slogan budaya tahunan nasional . Di akhir pemaparannya tersebut, Prof Mofid menyambut baik seminar kebudayaan yang dilaksanakan dan ia berharap semoga apa yang sudah dilaksanakan di Iran dapat juga dilaksanakan di Indonesia, agar kebudayaan Islam bisa terus berjaya.

Prof. Abdul Hadi WM yang pakar dalam bidang kebudayaan Islam menekankan di awal presentasinya bahwa yang dimaksud dengan Islam Indonesia adalah Islam yang sudah mengakar dalam tradisi-tradisi yang ada di Indonesia. Sejak awal kedatangan Islam di Indonesia sudah terjadi penyerbukan silang antara ajaran Islam dengan budaya lokal yang ada. Itulah yang menjadi ciri khas dari Islam Indonesia. Ia pun menjelaskan beberapa cendekiawan Islam Indonesia klasik yang dapat dijadikan rujukan seperti Hamzah Fanshuri.

Prof. Dr Amany Lubis berbicara mengenai tantangan kebudayaan Islam di Indonesia. Guru besar sejarah politik Islam ini menyampaikan bahwa kebudayaan di Indonesia dapat didekati dengan pendekatan geografi. Pendekatan geografi ini penting karena akan memotret langsung keanekaragaman budaya Islam yang ada di Indonesia. Ia juga menekankan bahwa secara geografis, kebudayaan Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Ia menyoroti beberapa hal seperti wawasan benua, wawasan dirgantara, wawasan bahari, otonomi daerah, budaya dan agama yang kelak akan menambah keunikan budaya Indonesia. Ia pun menekankan bahwa Islam mendapatkan tempat yang luas dalam budaya lokal Indonesia, beberapa di antaranya adalah media dakwah yang dipakai Islam sangat beragam, ragam tulis Islami, pesan budaya, akulturasi dan asimilasi budaya. Beberapa tantangan yang dihadapi Islam Indonesia adalah (1) Geografi Kebudayaan, (2) Tidak adanya Kesadaran Kolektif, (3) Kualitas Penduduk yang Rendah dan (4) Tantangan Globalisasi. Ia mengusulkan beberapa solusi seperti (1) Resepsi Agama dalam Budaya, (2) Menghapus Keterbatasan pada Aksesterhadap Kehidupan dan (3) Membangun Keadilan Sosial dan Ekonomi Umat.

Dr. Dewi Candraningrum, antropolog lulusan Jerman ini, berbicara mengenai Sozialkoerper des Islam dalam Praktek Berjilbab Masyarakat Indonesia. Ia memberikan banyak contoh bagaiman jilbab dipahami dalam konteks kebudayaan Islam Indonesia. Menurutnya, jilbab merupakan manifestasi konstruksi tubuh dan metafora yang membawa di dalam dirinya emosi, kehendak politik, dan spiritualitas yang terus-menerus dilakukan, dipraktekkan, dan merupakan pergerakan lapis-lapis kompleks budaya yang menyusun tubuh sosial masyarakat Muslim (Denk, Wahrnehmungs, und Handlungsmuster) (Mentality, Perception and form of Action). Interaksi sosial atas jilbab juga direproduksi dalam pergerakan makna seseorang atas jilbab yang dipakainya. Ia menyimpulkan bahwa jilbab tak memainkan makna sentral dalam hal ini, tetapi makna tubuh-sosial-lah yang sebenarnya membentuk bagaimana sebuah masyarakat memakai, mempraktekkan, memaksa memakai, atau melarang memakai jilbab.

Dr.Husain Heriyanto menjadi pembicara terakhir yang membawa tema “IC-THuSI dan Strategi Kebudayaan Islam Indonesia”. Ia mengawali presentasinya dengan menyampaikan seputar visi dan misi pelaksanaan konferensi, serta menunjukkan bahwa konferensi yang akan diselenggarakan merupakan bagian dari strategi kebudayaan Islam Indonesia. Ia pun menekankan bahwa kebudayaan bukanlah benda mati yang dapat kita preteli bagian-bagiannya, lalu kita pasang kembali untuk membangun kebudayaan baru. Kebudayaan bukanlah mobil. Kebudayaan dari suatu world-view atau ideologi merupakan kesatuan organis yang satu sama lain tak terpisahkan. Kebudayaan adalah sesuatu yang hidup dan dinamis. Oleh karena itu, kebudayaan Islam atau peradaban Islam hanya dapat dibentuk dengan filsafat, paradigma, dan nilai Islam itu sendiri. Maka dari itu, pelaksanaan konferensi IC-THuSI merupakan gerakan budaya untuk mengembalikan ‘api Islam’ yang sudah lama padam di negeri ini. Dimensi kreatif-kemanusiaan yang diinpirasi dan diarahkan oleh ajaran Islam: sains, seni, budaya, filsafat, tasawuf. Islam adalah agama yang telah melahirkan peradaban besar yang melayani kemanusiaan. Islam memiliki ajaran yang berpotensi membangun peradaban yang independen, unik, dan komprehensif. Dan Islam di Indonesia diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangkitnya peradaban Islam di berbagai belahan dunia lainnya. [AR]

 

 

 

Jakarta - Masjid Al Barkah di Cipete, Jakarta Selatan, memasang spanduk ucapan duka bagi Michael Jackson. Spanduk tersebut merupakan bentuk solidaritas sebagai sesama muslim. "Michael Jackson kan seorang muallaf," kata pengurus masjid Al Barkah Ustadz Parma saat ditemui detikcom di Kelurahan Cipete Utara Rt 09/05 di Jl Sawo, Cipete, Jaksel, Jumat (3/7/2009). Menurut Parma, seluruh jemaah masjid Al Barkah menghormati Michael sebagai seorang muslim. Sebagai bentuk ucapan belasungkawa, pihaknya kemudian memasang spanduk duka bagi Jacko. Kita hanya pasang spanduk saja untuk menghormatinya," jelasnya.
Spanduk tersebut berukuran 1x3 meter yang bertuliskan "Masjid Al Barkah Kelurahan Cipete Utara turut berduka cita atas meninggalnya saudara kita penyanyi pop dunia Michal Jackson." "Tapi kita tidak akan menyelenggarakan zikir atau tahlilan," ucapnya. Spanduk ini menarik perhatian para pengendara jalan yang melintas. Bahkan pada sore hari tadi sempat terjadi kepadatan di kawasan tersebut. Michael Jackson hingga akhir hayatnya masih menjadi buah bibir. Lewat segudang prestasi dan permasalahan pribadi, Jacko menjelma jadi bintang yang sangat menarik perhatian dunia.Banyak pihak meyakini bahwa sejak 2008 Jackson telah memeluk agam Islam. Dia juga sering berhubungan dengan penyanyi terkenal Cat Steven yang telah mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Gara-gara diyakini sebagai muslim itu, sempat ada pemberitaan bahwa Jackson akan dimakamkan secara muslim.

Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/07/03/180511/1158706/10/masjid-cipete-berduka-karena-jacko-muallaf

Dalam rangka memperdalam materi perkuliahan Pancasila sebagai falsafah bangsa dan ideologi negara serta untuk memperluas wawasan kebangsaan para mahasiswa maka pada tanggal 13 Agustus 2009 mahasiswa program studi Falsafah dan Agama Universitas Paramadina mengadakan kunjungan ke LEMHANNAS dan  diterima langsung oleh Sekretaris Utama (SETTAMA LEMHANNAS), kuliah kunjungan langsung disampaikan oleh Gubernur LEMHANNAS yaitu Prof.Dr. Muladi, SH. Dalam Kuliahnya Gubernur LEMHANNAS mengemukakan perlunya menggali nilai-nilai kebangsaan sebagai tameng untuk membendung arus globalisasi guna mempertegas jati diri bangsa khususnya pada generasi muda.

 

Visitasi Akreditasi Yang Tertunda

Betapa pilunya hati kami, dimana sudah lama Program Studi Falsafah dan Agama telah menunggu hampir 6 (enam) bulan lamanya untuk persiapan visitasi akreditasi. Surat resmi datang dari BAN PT menyatakan bahwa kegiatan visitasi akreditasi Universitas tertunda sampai 2010 dikarenakan pendingnya dana dari Departemen Agama. Jadilah kami yang terkena imbasnya menunggu visitasi akreditasi yang tak pasti.

Gairah Spiritual atau Eksapisme adalah merupakan tema dari Urban Sufism Days yang diselenggarakan oleh Program Studi Falsafah dan Agama, 21-22 Januari 2009 bertempat diAuditorium Nurcholish Madjid.  Acara berlangsung lancar  diiringi pagelaran Budaya Urban Sufisme, juga diselenggarakan seminar Urban Sufisme,  sharing experience, dan perlombaan essai tingkat Sekolah Menengah Atas atau sederajat.

Tema seminar yang dihadirkan pembicara sangatlah menarik, sehingga banyak khalayak luar hadir pada acara tersebut. Dr. KH Said Agil Siradj menyajikan  seminar mengenai Sufisme : Sejarah dan Doktrin, Prof. Dr.Julia D.Howell  menyajikan seminar mengenai Urban Sufism in Contemporery Indonesia, Syafaatun Al Mirzanah, Ph.D membahas mengenai Urban Sufisme dan Spritualitas Lintas Agama, Abdul Muis Naharong, MA membahas mengenai  New Age : Pencarian Spritualitas Alternatif, M. Wahyuni membahas mengenai Paramadina dan Gerak Spiritual Kelas

Menengah Perkotaan, Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer membahas mengenai Urban Sufisme : Perspektif Tasawuf Positif, Dr. Haidar Bagir membahas mengenai Urban Sufisme : Pseudo-Sufisme atau Neosufisme. Sharing experience Urban Sufism dihadiri oleh Anand Krishna, Shafa Ihsan, Pardamean Harahap, Detty Tajuddin, Arif Hamdani, Rani Anggraeni, MA, dkk. Acara ini terselenggara berkat kerjasama seluruh instansi yang terkait. Sukses untuk  Urban Sufism dan Program Studi Falsafah dan Agama, Universitas Paramadina.

About us

Universitas Paramadina berdiri pada 10 Januari 1998, mengemban misi untuk membina ilmu pengetahuan rekayasa dengan kesadaran akhlak mulia demi kebahagiaan bersama seluruh umat manusia.

Latest Posts

Hubungi Kami

Kampus Jakarta
Universitas Paramadina
Jl. Gatot Subroto Kav. 97
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
T. +62-21-7918-1188
T. 0815-918-1190

E-mail: [email protected]
http://www.paramadina.ac.id 

Kampus Cipayung
Jl. Raya Mabes Hankam Kav 9, 
Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880�
T. 0815-818-1186


Kampus Cikarang

District 2, Meikarta,
Cikarang
T. 0815-918-1192�