DISKUSI PSIKOLOGI SUFI & ILHAM THERAPY (ILMU, HAL, & AMAL) AL-GHAZALI Dalam Mendukung Pengembangan Psikoterapi Islam Program Studi Psikologi Universitas Paramadina

Psikologi Sufi menurut Al-Ghazali adalah ilmu yang mengkaji tentang Hakikat Jiwa (Al-Nafs) yang mencakup; Aqal (Intellect), Nafs (Soul), Ruh (Spirit) & Qalb (Heart) dan perilaku yang ditimbulkannya serta teknik-teknik untuk meyelamatkan Hati (raja) agar dapat selaras dengan Akal (panglima) dalam mengontrol kekuatan Marah (Prajurit) dan Syahwat (walikota) untuk mencapai kebahagiaan (Ihya ulumuddin). Dalam praktiknya para sufi terlebih dahulu melakukan sebuah diagnosa sebelum memberikan intervensi terhadap para kliennya. Para sufi menjelaskan bagaimana teknik untuk mencapai kesempurnaan jiwa (psychological perfection) melalui pengembangan spiritualitas dan keimanan di dalam jiwa-jiwa yang lemah dan rentan serta menghimbau mereka agar mensucikan jiwa, menyerahkan segala persoalan yang dihadapi kepada Tuhan, mengajak mereka agar menjadi pribadi yang tawakkal, penuh dengan kejujuran dan keikhlasan, serta menghindari makanan yang tidak halal. Kemudian beranjak pada sebuah intervensi kejiwaan melalui teknik dzikir yang benar, yang dapat memberikan ketenangan kepada jiwa dan hati. Melalui diagnosa tersebut, mereka kemudian melakukan studi klinis terhadap klien yang memiliki karakteristik perilaku abnormal dalam segala aspeknya sehingga memudahkan dan memaksimalkan mereka dalam melakukan intervensi.

Namun jika kita menyoroti sejarah perkembangan psikoterapi islam sendiri, referensi sejarah perkembangan psikoterapi mainstream cenderung Over Generalisasi terjadinya abad Demonologi sehingga tidak proporsional dan mengabaikan kontribusi Islam dari sejak kematian Galenous hingga mengalami kebangkitan kembali pada masa Pinel. Selama abad demonologi, perkembangan teori dan aplikasi di bidang psikoterapi mengalami antiklimaks. Paparan tentang sejarah perkembangan psikoterapi kemudian melompat jauh sekitar 15 abad setelahnya (missing link), sekaligus menandai terjadinya sebuah revolusi moral dalam dunia psikoterapi yang diprakarsai oleh William Tuke, Philippe Pinel, Eli Todd, dan lainnya pada abad ke XIII. Sampai sejauh ini, wacana Konseling dan Psikoterapi hanya terkonsentrasi pada pendekatan Kristiani (Pastoral), dan Yahudi. Penting untuk diketahui, bahwa hingga saat ini, tidak tampak adanya upaya pengembangan konseling atau psikoterapi yang bersifat sistemik dalam perspektif Islam, Hindu, maupun Sikh (Open University Press, 2003).

Mengacu pada hal di atas, Program Studi Psikologi Universitas Paramadina ingin melakukan sebuah kajian atau diskusi yang lebih mendalam terkait pengembangan konseling atau psikoterapi dalam perspektif islam. Diskusi pertama telah dilaksanakan pada tanggal 30 April 2019 dengan narasumber utama yaitu bapak Ghazali M.Si yang merupakan dosen pengampu mata kuliah Psikologi Islam. Hasil dari setiap diskusi rutin yang dilakukan bersama pihak-pihak yang terlibat, diharapkan dapat menghasilkan output positif untuk pengembangan terapi psikologis itu sendiri. Baik berupa penelitian, alat ukur, hingga pada pembuatan rancangan terapi yang harapannya akan dapat diaplikasikan sebagai teknik terapi untuk membantu permasalahan klien. Namun di sisi lain, hal ini pun dapat menjadi salah satu keunikan dari Program Studi Psikologi sendiri sesuai dengan nilai-nilai utama yang ada di Universitas Paramadina yaitu Ke-Islaman.

About us

Universitas Paramadina berdiri pada 10 Januari 1998, mengemban misi untuk membina ilmu pengetahuan rekayasa dengan kesadaran akhlak mulia demi kebahagiaan bersama seluruh umat manusia.

Latest Posts

Hubungi Kami

Kampus Jakarta
Universitas Paramadina
Jl. Gatot Subroto Kav. 97
Mampang, Jakarta 12790
Indonesia
T. +62-21-7918-1188
T. 0815-918-1190

E-mail: [email protected]
http://www.paramadina.ac.id 

Kampus Cipayung
Jl. Raya Mabes Hankam Kav 9, 
Setu, Cipayung, Jakarta Timur 13880�
T. 0815-818-1186


Kampus Cikarang

District 2, Meikarta,
Cikarang
T. 0815-918-1192�